Agar tidak terlalu manual membuat daftar isi, simak contoh berikut.
Pada MS Word 2007, tulis 5 baris kalimat di bawah ini ;
———————————
Pendahuluan
Ini berisi pendahuluan dulu ya, baru yang lain.
Sub pendahuluan
Isi Materi
Materinya ditulis di sini ya.
———————————
Jika sudah, blok baris pertama – ‘Pendahuluan’ – lalu klik Heading 1 pada bagian Styles (lihat gambar di bawah)
Gambar 1: Styles
Ulangi langkah ini untuk baris yang keempat – ‘Isi Materi’.
sehingga formatnya menjadi seperti gambar di bawah
Gambar 2: Numbering
Untuk memunculkan penomoran huruf A, B dst, cukup blok baris pertama – ‘Pendahuluan’ – lalu klik Numbering,
seperti yang ditunjukkan oleh panah merah bernomor 1 pada Gambar 2,
pilih penomoran berisi huruf. Lakukan hal ini juga untuk baris yang
keempat – ‘Isi Materi’.
Untuk memformat baris ketiga – ‘Sub Pendahuluan’ – Anda dapat menggunakan style Heading 2 (lihat lagi Gambar 1). Dan untuk membuatnya menjadi bernomor, gunakan kembali Numbering, dengan format angka.
Agar tulisan terlihat menjorok ke dalam/ke luar (indent), Anda dapat mencoba klik Increase Indent atau Decrease Indent (lihat gambar 2 panah merah no.2).
Setelah selesai, Anda akan mendapatkan tulisan dengan tampilan seperti pada Gambar 2.
Tujuan dari langkah yang Anda lakukan sampai disini adalah memformat
tulisan/bagian-bagian tertentu agar MS Word mengenali, siapa-siapa saja
nantinya kandidat yang akan ditampilkan dalam daftar isi, karena jika
tidak demikian – pastinya Anda tidak akan mau jika semua yang Anda tulis
di buku akan ditampilkan di daftar isi.
Sekarang saatnya membuat daftar isi.
Tempatkan kursor keyboard pada tempat yang Anda inginkan untuk
meletakkan daftar isi – biasanya pada bagian awal dokumen. Untuk contoh
ini cukup ditempatkan di awal dokumen.
Jika sudah, Anda dapat membuka ribbon References, lalu langsung lihat ke bagian paling kiri dari ribbon (lihat Gambar 3). Anda akan menemukan Table of Contents (daftar isi). Klik aja.
Gambar 3: Table of Contents
Setelah Table of Contents diklik, Anda boleh mencoba template Built-in ‘Automatic Table 1′, dan lihat hasilnya. Itu akan muncul seperti pada Gambar 4.
Gambar 4: The Result
Sampai langkah ini Anda sudah berhasil membuat daftar isi dengan otomatis, jadi tidak manual lagi.
Dan jika Anda mengedit bagian judul-judul bab/suubbab tadi di
kemudian hari, Anda tidak perlu mengubah daftar isi secara manual, cukup
klik pada Daftar Isi (Contents) lalu akan muncul gambar icon
bertandaseru warna merah di atasnya bertuliskan ‘Update Table..’. Klik aja (lihat Gambar 5). Lalu Anda akan ditanyakan beberapa hal mudah berikut.
Jika pada proses pengeditan Anda hanya mengubah posisi judul-judul tadi, maka cukup klik‘Update page numbers only’.
Namun jika pada proses pengeditan Anda juga mengubah nama judul-judul tadi, Anda harus klik‘Update entire table’.
Gambar 5: Update
ps: langkah-langkah yang dicontohkan di atas bisa jadi sedikit
terlihat rumit, namun jika dicoba untuk meniatkan belajar sesuatu dan
dipelajari lagi, maka akan terasa lebih mudah. Dan tentunya akan lebih
repot lagi jika harus mengubah manual setiap penomoran halaman pada
daftar isi setelah dilakukan pengeditan tulisan.
Selamat mencoba, Semoga Bermanfaat.
Mahbub Junaidi,
Sosok kelahiran 27 juli 1993 ini begitu gemar menulis, bahkan ia pernah
bersatement “Saya akan menulis dan terus menulis hingga saya tak mampu lagi
menulis”. Tokoh kelahiran jakarta ini memulai karier menulisnya ketiaka Ia
duduk di bangku Sekolah, sebagai Redaktur majalah Sekolah.
Ia adalah anak
pertama dari 13 Saudara kandungnya, mengenyam pendidikan SD di Solo.
Keluarganya harus mengungsi di SOLO karena kondisi yang belum aman pada saat
awal kemerdekaan. Pemahaman Ke-Islamannya nya Ia tempuh di madrasah Mabaul
Ulum. Di pesantrenlah Mahbub diperkenalkan tulisan-tulisan Mark Twain, Karl
May, Sutan Takdir Alisjahbana, dan lain-lain. “Masa-masa itulah yang sangat
mempengaruhi perkembangan hidup saya,” cerita Mahbub. Ayahandanya H.
Djunaidi adalah tokoh NU dan pernah jadi anggota DPR hasil Pemilu 1955.
Saat Belanda
menduduki Solo, Mahbub Junaidi muda dan keluarganya kembali ke Jakarta,
1948. kemudian ia menjadi siswa SMA Budi Utomo,Sejak itulah ia menulis
sajak, cerpen, dan esei. Tulisan-tulisannya banyak dimuat majalah Siasat,
Mimbar Indonesia, Kisah, Roman dan Star Weekly. Melanjutkan perjuangan
ayahandanya ia juga menjadi anggota Ikatan Pelajar NU (IPNU). Kuliahnya di UI terhenti
hanya sampai tingkat II.
Dalam sejarah republik ini, pernah
muncul seorang tokoh aktivis mahasiswa yang sangat multi talenta,bahkan hampir
jarang ditemukan sosok yang lengkap seperti beliau saat ini, beliau adalah
Mahbub Junaidi (Jakarta, 27 Juli 1933). Mahbub adalah seorang tokoh satrawan,
jurnalis, organisatoris, agamawan dan politisi. Dalam hal tulis-menulis Mahbub
temasuk sangat piawai pada masanya, misalnya beliau yang menerjemahkan buku 100
tokoh yang berpengaruh di dunia karangan Michael H. Hart.
Dalam menulis kolom, Mahbub sangat
terkenal dengan bahasa satire dan bahasanya yang humoris. Bahkan, Bung Karno
samapai terkesan dengan tulisan beliau, karena Mahbub mengatakan Pancasila
lebih agung dari Declaration of
Independence, sehingga Bung Karno sempat mengundang Mahbub ke Istana Bogor,
dari situlah Mahbub Junaidi menjadi sangat dekat dengan Bung Karno, dan Mahbub
sangat kagum dengan “sang penyambung lidah rakyat tersebut.”
Ajaran Bung Karno, memang cukup
mempengaruhi nasionalisme Mahbub. Pada sebuah pertemuan wartawan di Vietnam,
Mahbub menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi kendati ia cukup
fasih berbahasa Inggris atau Prancis. Inilah sikap nasionalismenya. “Bahasa
Prancis bukan bahasa elu, dan bahasa Inggris juga bukan bukan bahasa gua.”Kalau
istilah bahasa Ciputat dan sekitarnya, Mahbub sosok yang berbahasa nyablak.
Humor adalah cara dari Mahbub untuk
mengajak seseorang masuk kedalam suatu masalah, karena salah satu kebiasaan
dari orang Indonesia adalah suka tertawa, maka untuk mengkritik dengan cara
yang enak adalah lewat humor. Sebagaimana yang pernah dikatakan Gus Dur,
“dengan humor kita dapat sejenak melupakan kesulitan hidup.”
Sebagai
kolumnis, tulisan Ketua Umum PB PMII Tiga Periode Ini kerap dimuat harian
Kompas, Sinar Harapan, Pikiran Rakyat, Pelita, dan TEMPO. Kritik sosial yang
tajam tanpa kehilangan humor adalah ciri khas tulisan Sang Pendekar Pena ini.
Akibat tulisannya yang tajam, Ia pernah ditahan selama satu tahun di tahun
1978. jeruji besi dan gelapnya penjara tak menghambat nalar menulisnya di dalam
penjara ia menerjemahkan Road to Ramadhan, karya Heikal, dan menulis sebuah
novel Maka Lakulah Sebuah Hotel. Jaya, 1975.
Dalam kariernya sebagai aktivis
mahasiswa, Mahbub Junaidi pernah menjadi ketua PP. HMI, kemudian mengundurkan
diri dan bersama sahabat-sahabatnya membentuk Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (PMII) pada 17 April 1960, dan pada saat itu juga Mahbub Junaidi
terilih sebagai ketua umum PMII yang pertama.
Sosok yang
memimpin PMII sejak tahun 19960-1967 ini mengagumi pengarang Rusia Anton
Chekov dan Nikolai Gogol. Sedang Penulis Dalam Negri yang Ia kagumi adalah Buya
Hamka dan Pramudya Ananta Toer. Meski sering berkunjung ke luar negeri,
pengalaman yang menarik baginya adalah , ” bergaul dan berdiskusi dengan Bung
Karno,Sang Revolusioner RI,” Ujar ayah tujuh anak, yang sudah dua kali naik
haji ini. Baginya tanpa Soekarno, Indonesia tak mungkin bersatu di era Revolusi
1945
Saat HMI pernah ingin di bubarkan oleh
Bung Karno, dikarenakan tokoh-tokoh Masyumi terlibat dalam pemberontakan PRRI
PERMESTA di Sumatera Barat,Mahbub langsung berangkat ke Istana Bogor unuk
berdialog langsung dengan Bung Karno, dan pemintaan Mahbub sangat tegas, yaitu
“HMI jangan di bubarkan.” Dan akhirnya tuntutannya itu terkabul.
Di masa pemerintahan Orde baru adalah
masa pesakitan bagi Mahbub Junaidi, beliau merasa kariernya sebagai wartawan
yang kritis dan lugas terasa dibungkam pada saat itu, bahkan beliau pernah
dipenjara oleh rezim tersebut karena dituduh terlibat dalam peristiwa G 30
S/PKI,padahal itu sesat setelah beliau terpilih sebagai ketua PWI.
Profil Karier
Beliau:
Ketua Umum
PP.PMII tiga periode, yaitu periode 1960–1961, hasil Musyawarah Mahasiswa
Nahdliyin pada saat PMII pertama kali didirikan di Surabaya Jawa Timur. Periode
1961-1963, Hasil Kongres I PMII di Tawangmangu Jawa Barat. Dan Periode
1963-1967, hasil Kongres PMII II di Kaliurang Yogjakarta. Pada masa
kepemimpinan sahabat Mahbub Junaidi inilah PMII secara politis menjadi sangat
populer di dunia kemahasiswaan dan kepemudaan, sampai pada periode pertama
sahabat Zamroni. Menjabat sebagai Ketua Umum PWI pusat dan pimpinan Redaksi
harian Duta Masyarakat (1965–1967), ketua dewan kehormatan PWI (1979 – 1983),
anggota DPR GR (1967-1971), Wakil Ketua PB NU (1984-1989), Wakil sekjen DPP
PPP, Anggota DPR/MPR RI (1971-1982), Pencetus “Khittah Plus” , Ketua Majlis
Pendidikan Soekarno dan anggota mustasyar PB NU (1989-1994).
Mahbub Junaidi namanya, “Pendekar Pena” panggilannya. Tokoh multi talenta ini kini telah
tiada, sejarah pergerakannya yang sempat dibenam oleh rezim berkuasa, namun
karya-karyanya dan jasa-jasanya telah tertoreh dalam tinta emas dunia
pergerakan dan jurnalis ,sehingga para aktivis mahasiswa bisa mengambil
pelajaran besar dari sosok tokoh multi talenta seperti Mahbub Junaidi.