Dalam hal apapun perbedaan itu tidak akan terhindarkan. Bahkan semakin kentara dari setiap individu ke individu lain, dari kelompok satu ke kelompok lain. Melihat hal semacam ini jelas perbedaan adalah suatu keniscayaan bagi setiap mahluk hidup. Maka inilah warna kehidupan, tidak hanya hitam putih namun ada puluhan warna menghiasi. Jika ini digambarkan dengan kata puitis maka inilah yang dinamakan sebagai persatuan.
Hari segala isu mulai tergulir tajam dan manis. Semua dimuarakan ke agama. Ketika bersosial menjadi tidak lagi baik. Segala hal dikatakan sebagi bid'ah tanpa menulusuri maksud. Menjadikan agama hanya alat pembenaran prilaku dan merupakan pemegang kebijakan yang absolut. Maka bagaiman kita mengenalkan keindahan beragama. Padahal di Qur'an sendiri mengatkan bahwa kita tecipta bersuku - suku yang berbeda-beda.
وَمِنْ آَيَاتِهِ خَلْقُ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي
ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِلْعَالِمِينَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit
dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang
demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا
خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ
عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Jelas bahwa mengenal perbedaan membuat kita terjauh dari sikap takabbur. Bahwa kitalah yang paling baik dan mereka dengan mengatakan bid'ah lebih buruk dari kita.
Agama itu indah namun keindahan itu bisa terpancar dari kita yang melakukan penerapan sistem agama secara indah. Bukan sebagai alat ataupun tameng kebenaran individual ataupun kelompok tertentu semata. Dengan keindahan akan banyak orang akan terpana, namun bila tak mengejawanthakn secara kasar maka banyak akan terpinggir dan tidak menerima realitas semestinya. Bukan hanya mereka tapi kita bertanggung jawab bagaiman agama menjadi suatu hal yang patut diikuti bukan dihindari.
mengenai tentang ucapan selamat saya ambil dari grup sahabat saya alumni ketika sekolah dulu. bahwa ucapan selamat bukanlah hal nista. Mengatakan kebiasaan orang kafir dengan dalih mampu merubah keimanan??? lah saya ingat ketiak cak nun menjelaskan bahwa ada seseorang yang bertanya musik itu haram karena dapat menghilangkan kesadaran kita pada tuhan. Lah ya antara sadar dan tidaknya ada di akal kita. Bagaiman cara kita berfikir bukan musiknya yang salah tapi cara berfikir kita salah. Apalgi penyuplikan ayat dan dalil-dalil lainnya sudah asal saja yang penting dapat memuluskan argumentasi itu sangatlah parah.
Diriwayatkan Ibnu Ishak, suatu hari
orang-orang ARAB QURAISH mendatangi Nabi Muhammad & berkata, "Wahai
Muhammad, bagaimana bila kita bekerja-sama dalam ibadah? Kami akan menyembah
yang kau sembah, tapi kau juga menyembah yang kami sembah."
Turunlah firman Allah, لَكُم دينُكُم وَلِيَ دينِ , "Untukmu Agamamu dan Untukku
Agamaku" (Al-Quran, surat Al-Kafirun, ayat 6).
Ini adalah ASBABUN NUZUL (sebab turun ayat)
Al-Kafirun, ditujukan kepada Arab Quraish yang mengajak MENYATUKAN AGAMA.
Lalu, apakah mengucapkan "Selamat
Natal" artinya kita MENYATUKAN AGAMA Islam & Kristiani? Ucapan selamat
tak lebih dari ADAB SANTUN tidak ada bedanya dengan ucapan "Selamat Ulang
Tahun", atau "Selamat Menempuh Hidup Baru" bagi pasangan baru
menikah, atau saat mendengar istri kawan baru hamil.
Masalahnya dimana? TIDAK ADA urusannya dengan
Akidah, hanya adab BERBAGI BAHAGIA. tidak kurang tidak lebih, karena kita
manusia, bukan binatang. Menggunakan Al-Kafirun yang ditujukan kepada ARAB
Quraish karena mengajak MENYATUKAN agama untuk mengharamkan "Selamat
Natal" jelas jelas "Jaka Sembung Bawa Golok!"
Argumentasi adalah politis namun apakah politis itu menjadi baik dan buruk maka gunakan argumentasi yang baik dengan tidak mengotak - atik sesuatu yang tujuannya hanya untuk alat pembenaran. Ada yang mengatakn kita harus menjahui keburukan agar tidak goyah iman kita. Padahal agama turun bukan menghindari keburukan namun menetralisir keadaan. Kalau seandainya agama menghindari keburukan mungkin mekkah tidak lah seperti ini, atau hari ini saudara kita palestina sedang berjuang mempertahankan kemerdekaan Al-Aqsa mungkin bisa dihindari karena katanya nasionalisme tiada dalilnya. Terus bagaimana posisi agama sebagai agen perubahan dan kontrol sosisal jika menghindari masalah bukannya menetralisir masalah hingga berbuah manis bagi semua umat. Apalagi menucapkan selamat adalah rasa persaudaraan anatar umat manusia. Tidakkkah ingat Roham dan RohimNya. bukankah mencintai manusia juga merupakan cara kita beriman. Menjaga kebaikan agar kebaikan terlestarikan dan dapat menarik daya seluruh umat yang berkutat pada kebenaran agama masing-masing. Masihkah kita harus berkuta pada hukum kalau hanyaalat kebenaran subtansial semata.
Semoga bangsa ini tetaplah kokoh menghadapi rakyatnya yang sedang beretotika tentang perpecahan dan memuluskan kerusakan yang tidak disadari.
Selamat hari Natal untuk saudaraku yang sedang melaksanakannya......
by: santri pergerakan
No comments:
Post a Comment