Tuesday, January 23, 2018

    Foto Bersama Sahabat Fahmi Fikri yang terpilih menjadi ketua cabang PMII 2017-2018

Disambut hujan yang sedikit lebat, mulai dari siang hingga menjelang malam tiba. Sehingga acara konfrensi tingkat cabang PMII Lamongan menjadi mundur berjam-jam. Disamping itu letak geografis yang cukup berjauhan membuat beberapa sahabat tertahan ditengah jalan karena hujan dan menunggu sedikit reda. Sehingga ada kebijakan khusus dari panitia untuk melonggarkan jadwal yang semestinya sudah disepakati dari awal karena faktor alam.

20.30 Wib waktu menunjukkan arah jarumnya sebagai pertanda waktu sangatlah malam untuk sebuah seremonial kegiatan. Namun tidak menjadi alasan untuk lebih menunda karena urusan konseptual yang terbentur sesuatu yang tidak terduga. Sebagian sahabat yang hadir mulai membuat kerumunan-kerumunan dari setiap komisariatnya. Sebagian lagi yang hadirnya silih berganti saling menyapa dan bercengkrama kecil. Sembari langit yang masih pekat karena malam dan mendung yang sedikit terlihat dari sayup-sayupnya mata karena badan terasa basah oleh tetesan hujan hingga menjalarkan sengatan dingin yang cukup menggetir. Namun tidak begitu terasa karena kehangatan dari momen yang seperti api unggun kecil yang dikelilingi sebuah perasaan yang warnanya bak pelangi. 

Sedemikian hangat dan sanyup serta guyub begitulah yang tergambar dalam forum tingkat cabang ini. Meski memang sedikit bernuansa politis tapi bisa diminimalisir. Kemudian semua peserta yang sudah ditetapkan oleh panitia melakukan registrasi untuk validasi data agar forum bisa berjalan aman dan kondusif. Namun ada beberapa yang mengeluhkan terkait Rayon disalah satu komisariat menjadi bermasalah. Yang disayangkan kenapa baru momen konfercab baru muncul, kenapa tidak sedari dulu sehingga bisa mempersiapkan administrasi yang dipermasalahkan. Namun demikian sahabat yang merasa haknya tidak terpenuhi tersebut tidak bersikap berlebihan dan membiarkan forum berlanjut.

Pembukaan pun sudah selesai dan dilanjut forum persidangan yang agak panjang dan alot. Sebelum itu, sahabat dari komisariat STIT Al Fattah membagi 2 team untuk menyebarkan selebaran terkait cabang hari ini dan kedepan. Dan alhamdulillah pembagian selebaran ini berjalan dengan baik. Maksud dari selebaran sendiri yakni memunculkan wacana agar kedepan cabang bisa melakukan gerakan yang lebih masif dan kondusif. Dengan selebaran itu pula nanti sebagai akad kesepakatan cabang agar rekomendasi yang sudah dibuat oleh sahabat-sahabat ini tidak menjadi bungkus nasi semata. Namun sebuah konsumsi pergerakan dan sebuah kapsul stamina gerakan PMII Lamongan kedepan. 

Persidangan yang berjalan kurang lebih 1 hari 2 malam ini terasa sangat kondusif. Semua sudah mulai menyadari posisi dan keadaan sehingga tidak ada gap - gap yang berarti dalam proses persidangan tersebut. Semua juga sudah mulai menata barisan masing-masing untuk mengusung satu wacana bersama yaitu demi keberlangsungan kaderisasi PMII Lamongan. Dengan hal yang demikian sahabat ketua cabang PMII kedepan diharapkan mampu mengemban segala amanah dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin tertinggi PMII di Lamongan. Dengan segala hormat dan kasih sayang kita bersama, tiada struktural yang tertata jikamana kultur sendiri tidak terbangun dengan baik. Tetaplah rendah sahabatku meski kau duduk disinggasana. Tetaplah hangat sahabatku meski sedikit jauh dudukmu. Yang berarti persahabatan ini adalah kultur yang terstruktur demi suatu keutuhan yang bisa terjalin bersama.

SELAMAT KEPADA SAHABAT FAHMI FIKRI TERPILIH MENJADI KETUA UMUM CABANG LAMONGAN 2017-2018.

Saturday, January 13, 2018





Masa ber-PMII memang sudah diatur dalam AD - ART PMII. Dimana batas usia dalam segala tingkat kepengurusan ataupun keaktifan menjadi PMII. Namun regulasi tersebut hanya pada tatanan formalitas organisasi yang penting. Bukan sebagai penghalang tapi sebagai pemilah dan peningkatan mutu kualitas kader yang harus berada pada urutan step bawah ke atas. Seperti yang sudah jelas terpampang dalam kepanjangan dari huruf "P" di awal kata PMII. Pergerakan merupakan gerakan yang bersinambungan dan mengalir dari watu dan tempat tertentu. Sehingga tidak lah menjadi stagnan seorang kader bila benar-benar memahami sistem kaderisasi baik dalam tingkatan formalitas organisasi maupun secara kultur organisasi. dari tingkatan terbawah hingga pada tatanan kader mujahid, insan kamil hingga memang bisa menerapakan nilai dasar pergerakan secara multigerakannya. seperti pada tatanan ASWAJA ala PMII manhajul madhab al fikr. Begitu banyak metode pendalaman dan penalarandari segala hal. Sehingga inilah pergerakan yang harus benar-benar dilaksanakan oleh para sahabat-sahabat PMII. Namun pada hal ini ada hal penting lain yang sangat harmonis ketika ber-PMII. Yaitu tingkatan moralitas kultur sosial. Dimana ada sisi teduh dan sayup dalam mengikuti segala aktifitas moralitas ini. Karena tidak dibatasi maupun melanggar regulasi di PMII. Bahkan menjadi pondasi dasar dalam menggerakkan roda organisasi. Tiada tingktan yang membatasi selain sebagai suatu tanggung jawab moral pada sosial lokal kulturnya. Sehingga ketika melaksanakan sesuatu bisa bersinergi. Dan ketika tongkat moralitas ini mulai mengetuk maka mereka akan merapatkan diri guna menemukan segala permasalahan beserta solusi serta membuat roda ini tidak lah macet atau pada proses stagnasi. Berjalan memang sudah bagus namun jika berada jalur yang stagnan maka itu adalah awal kemunduran.

Maka dari itu sistem moralitas di PMII STITAF sudah sangat berjalan dengan baik. Pada hari kamis - jum'at tanggal 11-12 januari 2017. Sebagian senior meluangkan waktu untuk main ke Base cem PMII STITAF. Mulai pada malam rutinan hari kamis malam. Setelah di minggu sebelumnya ada senior dari malang. Hari ini Sahabat abid gantian mengisi forum diskusi setelah rutinan yasin dan tahlil. Beliau salah satu senior yang sangat giat dalam memantau segala aktifitas sahabat-sahabat PMII STITAF. Sehingga pada malam itu beliau mengisi forum diskusi santai, mungkin karena dasar kegundahan beliau melihat keadaan para kader PMII STITAF masih sangat banyak memiliki PR kaderisasi yang belum juga bisa diatasi. Meski sudah menampakkan beberapa kegiatan, namun itulah pergerakan yang tidak mudah terhegemoni. Kegaiatan itu bagus, namun memang harus ada nilai besar dalam berkegiatan, agar tidak hanya sekedar aktif hadir tapi benar-benar menggirohkan diri pada keilmuan. Sedikit yang bisa saya ambil karena telat datang forum. Bahwa keilmuan itu memang haruslah membaca dan memforumkan dalam diskusi, guna mengasah daya pikir dan penajaman penalaran dari setianp individu.

" seharusnya setiap sahabat ini haruslah membaca, dan ketika berdiskusi tidak hanya sekedar berbicara, namun dapat dipertanggung jawabkan" tutur sahabat Abid.

Akan terlihat tidak menarik jikamana diskusi ini tidak ada bekal yang dibawa untuk berdiskusi. Maka forum diskusi akan membuahkan banyak omong kosong daripada keilmuan semestinya. Setidaknya pengasahan ini bisa dimulai. Setiap sahabat - sahabat memiliki karakter dan keterampilan berbeda-beda. Jadi galilah potensi itu di-PMII.

"Setiap kader memliki keterampilan yang berbeda, hobi yang berbeda. sehingga wadah ini haruslah begitu bervarian guna menampung segala hal keterampilan. Sehingga organisasi ini bisa memutarkan roda organisasinya dengan baik. Asalkan semua sahabat ini serius" Tegas Sahabat Abid.

Demikian yang beliau sampikan dari sekian banyak kata yang bisa di narasikan. Guna sebagai penanda dalam ingatan kita bahwa apa yang beliau sampaikan bukan hanya untuk didengar, namun haruslah berupa realitas gerakan.

Kemudian di Siang harinya, berganttian senior lain mengisi materi tentang ASWAJA, Yaitu sahabat Abdurrahim Ihwanto atau dikenal mbah jenggot. Salah bentuk murojja'ah. Setiap materi kegiatan yang sudah dilaksanakan, maka materi yang sudah tersebut dilaksanakan proses Follow Up. Agar apa yang sudah didapat tidak hanya sebagai ikut kegiatan saja. Tapi harus serius dalam belajar dalam setiap kegiatan. Beliau-beliau ini tidak mengharapkan apa-apa selain kehidupan organisasi terus bernafas lega, dengan bentuk multigerakan !!!!

Sampai pada momen malam keharmonisan, Yaitu makan bersama sambil bercengkrama dan bermain kartu. Yang sudah purna akan bercerita tentang kehidupan paska sudah jarang ketemu atau membahas pekerjaan yang sudah dalam jalur kordinasi alumni. Yang muda akan menikmati cengkram yang sama sambil mendengarkan cerita dari orang tua. Mereka memliki pengalaman lebih, dibagikan secara gratis, apakah tidak menjadi bodoh kita jika tidak memanfaatkan ketika tanggungjawab moral mereka sangat tinggi kepada kita. Dengan ketegasan dan kehangatn seperti apapun, cinta mereka dalam ber-PMII tidak menjadikan beliau-beliau ini melupakan apa yang sudah mereka lakukan untuk PMII. Sampai hari ini.....kita masihlah bertanya,, kalau hari ini kita tidak serius, bukankah itu tanda bahwa kita tidak ingin organisasi ini hidup??? Sumonggo kito renungaken......

Tuesday, January 9, 2018



 Orang tua adalah sosok manusia yang mengajari anaknya mulai dari awal anak membuka mata sampai menutup mata dan tak membukanya lagi. Ada banyak sekali orang tua yang harus kita ketahui mulai dari orang tua yang mempunyai keahlian mengajar sampai orang tua yang hanya bisa mendo'akan, adapun pembagian orang tua dapat kita ketahui yanitu ada 3:

1- orang tua tandur, orang tua jenis ini adalah orang tua yang melahirkan dan kurang mampu untuk membimbing dalam pengajaran.
 2- orang tua tutur, dapat kita definisikan sebagai orang tua yang mampu mengajarkan kepada anak"nya untuk mengetahui pengetahuan, cara kita menghormati yaitu dengan menta'ati dan menta'dzimi apa yang beliau katakan. Dapat kita artikan sebagai guru, kyai, ulama' dan otang yang pernah mengajari anaknya walaupun hanya 1 huruf saja.
 3- orang tua sembur dapat kita fahami sebagai orang yang mampu menyembuhkan penyakit, baik penyakit luar maupun penyakit dalam, orang tua ini fungsinya sama seperti dokter hanya saja cara penyembuhannya yang berbeda.

Pergerakan adalah berpindahnya suatu batang ketempat lain dengan alasan ingin merubah posisi dari tempat yang tinggi ke kempat yang rendah, dari twmpat yang rwndah ke tempat yang tinggi bahkan dari derajat yang sama antar kedua tempat tersebut.

Orang tua sangat mempengaruhi gerak anak dalam semua bidang pergerakan dengan cara merestui atau tidak, maka disitulah awal dari anak untuk melakukan aktifitasnya. Ketika orang tua memberikan restu kepada anaknya dalam semua hal, maka disitulah kunci kesuksesan anak untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat, dan apabila orang tua tidak memberikan restu kepada anaknya, maka disitulah ancaman anak untuk mendapatkan kesengsaraan dunia, bahkan lebih" diakhirat.


Catatan: orang tua adalah kunci kesuksesan.

Monday, January 8, 2018


Berpeci dan bersarung, itu salah satu ciri khas seorang santri. Biasanya kemanapun asesoris peci dan sarungnya biasa menghiasi aktifitas para santri. Namun saya tidak akan membahas tipologi santri. Namun hal yang akan saya sesuaikan dengan judul adalah bagaimana gerakan dari aktifis pesantren yang notabennya juga menjadi kader PMII. Karena menjadi ciri khas sendiri ketika satu komisariat ini berada pada letak geografis pesantren. Namun disatu sisi menjadi corak yang tidak terelakkan dalam permasalahan sistem penataan kaderisasi di komisariat. Kadang anggota dan kader PMII di pesantren ini sangat terkendala situasi yang tidak bisa bergerak leluasa seperti layaknya aktifis PMII lainnya. Namun kadang kala bisa mengkombinasikannya dalam cara gerak PMII yang ada di lingkup pesantren. Pada hal tersebut apakah itu menjadi suatu kendala berPMII atau menjadi satu motivasi yang kuat untuk mewarnai PMII dan kenapa saya harus mengangkat santri. selanjutnya akan saya jabarkan secara singkat dan sedikit membuka nalar kita santri pergerakan itu bagaimana.

Dari bahasa sederhana dan pengamatan langsung dari setiap masa di komisariat yang saya ikuti, selain karena memang komisariat ini ada di jalur lokasi pesantren/ wilayah pesantren, serta sebagian besar kadernya juga santri dan alumni pesantren. Maka dari itu juga yang membuat saya ingin menganalogikan santri pergerakan di komisariat STIT Al - Fattah itu bagaimana. Walaupun anggota dan kadernya tidak hanya dari pesantren namun ada corak unik tersendiri jika kader itu dari pesantren atau minimal alumni berapa bulan lah.

Dari segi aktifitas di pesantren kader ini jelas akan lebih banyak sibuk menimba ilmu di pondok. Karena ketika di pondok jelas manual kegiatan sehari-hari adalah ngaji dari pagi - malam, mungkin yang sudah kuliah ada keringanan kegiatan. Dan juga ada yang sambil ngabdi di Ndalem, jadi jelas dengan aktifitas yang ada akan ada dampak keaktifan di komisariat. Mungkin akan seringnya izin dari kegiatan, bahkan ada urgensi kegiatan bisa tidak hadir. Sehingga ini menjadi tantangan kader tersebut. Namun pada lain hal mungkin ini menjadi satu motivasi besar akan sebuah keadaan tidak menghalangi maksud dan tujuan mulia dalam ber-PMII. Karena kaderisasi tidaklah lah monoton dan memaksakan. Proses belajar adalah pengabdian terbesar manusia dalam meneguhkan keimanan. Jadi apa yang harus dilakukan dan dimaksimalkan dari kader pesantren adalah mengamalkan ilmu dan membagi ilmu serta waktunya. Berhubung memang kita ini dari NU, jelas tradisi NU masihlah melekat dalam setiap aktifitas sahabat PMII. Mulai kajian ke-Islaman dan kegiatan rutin malam jum'at. Dalam hal ini posisi seorang santri pergerakan sangat penting. Menempatkan posisi kaderisasi di PMII sebagai seorang agamis. Karena mungkin masih aktif di pondok, jelas soal keilmuan agama lebih mumpuni daripada kader lain yang tidak pernah mondok atau sudah alumni. contoh dengan kegiatan yang pernah dilakasanakn komisariat ketika mengadakan ngaji posoan. Ini jelas peran seorang santri sebagai garda terdepan menembanya dan menyiramkan ilmu kitabnya ke sahabat PMII lain. Tidak harus kapan dimana kegiatan tersebut direalisasikan. Mereka bisa menempatkan pada situasi yang tidak saling tumpang tindih antara komisariat dan pondoknya. Selain itu bisa membantu dalam segi karya tulis yang bisa diposting diblog komisariat. Sehingga ruang kaderisasi bagi mereka sangat terbuka. Tidak harus berada di base cem seperti sahabat lain yang sampai menginap, tapi bisa memberikan karya geraknya dengan cara seperti yang sudah saya jelaskan tadi.

Jika ilmu itu bermanfaat maka satu cara adalah membaginya dengan pengamalan-pengamalan yang sudah di dapat ketika berada di pesantren. Entah itu kajian kitab kuning atau kajian-kajian keagamaan lainnya. Karena corak seorang nahdliyin selain budaya yasin tahlil dan lain-lain, adalah salah satunya seorang santri. Sebagai satu wujudnya tersebut, PMII memang harus memiliki kader dari santri. Karena keagamaan yang kuat memang sangat bisa didapat di pondok. Pengabdian yang tinggi juga sudah terimplemnetasikan ketika mengabdikan raga dan akalnya pada ilmu dan kyainya. Maka tidak haruslah berkecil hati menjadi aktifis PMII pondok pesantren, karena pergerakan itu tidak menempatkan kita pada situasi yang melulu harus diratapi dan menimbulkan bakteri-bakteri hegemoni, pragmatis dan apatis. Sehingga akan memunculkan kalimat " maaf saya santri, saya lebih bisa mengabdikan diri di pondok ". lalu apakah santri tidak peduli dengan diluar itu. Inilah yang membuat banyak kaum radikalis menjamur. Karena kenyamaan dan sikap pragmatisnya para santri. Maka mejaga PMII dari gerakan itu juga membutuhkan kalian sebagai kader NU.

Kopiku memang tidak hangat, namun masih terasa mantap, karena aku nikmati dari seteguk air kopi yang masuk ketenggoroanku lalu sambil setelahnya rokok ini menghangatkan keadaan. dan sini mari kita bercengkrama bersama...dan kulayangkan kopyahku sambil menunduk sebagai tanda hormatku kalian wahai sahabat santri pergerkanku......



By : Santri pergerakan







Friday, January 5, 2018


Media hari ini begitu sangat kompleks, yang dahulu kita hanya bisa menikmati dari media cetak namun hari kita bisa sangat mudah mengakses segala hal dari tangan kita tanpa susah payah membeli koran dan buku-buku. Begitu pula ketika menulis, perkembangan dari tulis tangan ke mesin ketik yang suaranya bak orkestra kemudian komputer, dan hari ini bisa menggunakan gadged yang sudah sangat mumpuni untuk menulis ( menulis status contohnya ). Dengan perjalanan media yang sebagai alat dalam menulis dari waktu ke waktu semakin mudah, jelas menjadi penulis hari ini akan lebih enak. Banyak aplikasi pendukung dan mempermudah, tulisan salah ketik bisa ada koreksi otomatis meski kurang maksimal juga. Pada intinya menjadi penulis selain kecakapan bahasa kata pena namun hal yang sudah sangat mendukung adalah medianya.

Tidak kalah pentingnya dari menulis adalah profit atau berpenghasilan. Meski tidak banyak orang sangat sukses dalam menulis, namun saya kira penulis sejati yang menikmati lantunan kata penanya tidak menghiraukan hal yang bagi saya sangat sederhana. Meski demikian bisa menjadi sedikit motivasi seseorang dalam menulis kalau ada hasil materinya. Lah...hal ini pun lebih mudah daripada dulu yang harus mengirim ke koran-koran dan memunculkan buku, baru dapat penghasilan. Sekarang ada internet yang sudah rata-rata bisa mengaksesnya. Mulai yang paling sederhana melalui blog yang istilah sudah adsenses, nantinya ada hasil materi jika blognya sangat aktif dan banyak yang mengunjungi. Secara otomatis pula kalau tulisan kita kalau sudah dikenal maka akan banyak yang tertarik untuk mendatangakan kita sebagai narasumber. Ibarat menulis adalah salah satu jalan dalam menunjukan daya nalar dan pikir kita.

Itu sedikit nilai profit yang mungkin bisa kita dapat. Namun memang masih banyak yang pesimis jika menulis itu sangat menakutkan dan tidak semudah berbicara. Sebagian orang akan mengamini hal demikian, namun sebagaian besar akan berkata berbeda. Karena sudah sanagat jelas, status-status kita dalam media sosial banayak sekali menggunakan kata-kata manis nan bijak. Agar terlihat waw orang lain, meski plagiat juga. Dari ini saya bisa sedikit merumuskan, banyak orang sangat mumpuni dalam hal tulis menulis, meskipun intreprestasinya agak berbeda. Karena tulisan seorang penulis dan tulisan dari seorang pegiat media sosial jelas memang sangat jauh ranahnya. Namun bagi saya satu hal yang membuat sama, yaitu mengenalkan dan membuka diri. Walau lebih bermakna tulisan dari seorang penulis tulen. Ini bisa jadi tolak ukur perbedaanya hanya pada pemikiran yang digunakan. jika seorang penulis sedang membuka dunia secara luas namun seorang pegiat media sosial hanya membuka dunia kepribadiannya. Jika ini dasadari bahwa semua memiliki bakat itu dan merubah hegemoninya saya kira ada banyak hal yang lebih bermakna. Minimal status yang kita buat lebih berisi dan membuka jalan buntuk akal orang-orang diluar kita.

Dari hal ini, arah pemikiran kitalah yang mempengaruhi cara kita bersikap. Sehingga ketika bermedia bagi kita memang asyik dengan ketik sana ketik sini, kemudian kata surga kata neraka pun ter diskripsikan secara baik. Kenapa tidak kita tuliskan itu secara lebih bermakna. Sudah biasa ngetik status lo,,,, tidak ada bedanya aslinya. Cuman kita saja yang merasa menulis itu ribet. Harus gini dan itu. Padahal hanya satu kuncinya, buatlah menulis itu seasyik saaat kita buat status di beranda media sosial kita.

Sambil menikmati matahari yang terbit, eh ternyata kok masih jam 09.00 malam. Ini bakalan lama nunggunya, yaaa sudahlah..begadang begadang...eh ada bang haji...begadang jangan begadang kalau tidak ada gunanya..ah cuek tak bikin status saja..status eh status...kok banyak tidak bergunanya status ini....( wah kilingan bang haji )...


MARI SAHABAT KITA MENULIS MESKIPUN HANYA DENGAN SATU KALIMAT STATUS DI BERANDA KALIAN...


By: Santri Pergerakan



Wednesday, January 3, 2018

Beliau biasa di panggil cak Abid, dilahirkan di daerah bengawan njero, tepatnya di Desa Waruk Kecamatan Karangbinangun Kabupaten lamongan. 34 tahun lalu beliau dilahirkan, tepatnya pada hari Rabu, 28 Maret 1984. 

Sahabat Abid berada pada geografis daerah sering terkena musibah banjir disetiap musimnya. Apakah ini menjadi pertanda proses beliau terhambat dan lambat?, ternyata tidak. Melihat sekarang aktif dibeberapa intsnasi dan menjabat posisi yang cukup strategis, bisa menjadi tolak ukur bagaimana keadaan tidak menjadi penghalang beliau dalam menuntut ilmu dan meraih kesuksesan dalam hidup serta bermanfaat bagi sesama. 

Jenjang pendidikan beliau sendiri dimulai dari MI Darul Ulum kemudian di MTs Khozainul Ulum Bojoasri - Kalitengah dan Aliyahnya sendiri di MA Darul Ulum Waruk. Selepas itu beliau melanjutkan pendidikan S1 di kampus STIT Al Fattah. Dalam proses menjadi santri disini, beliau aktif dibeberapa kajian-kajian kitab klasik dan semasa mahasiswa beliau aktif di organisasi intra dan ekstra. Bisa dibilang disinilah jiwa revolusionernya beliau, santri yang berkemajuan dalam berfikir dan bertindak. Semasa masih aktif di organisasi intra kampus, beliau menjadi pencetus adanya DEMA sekitar tahun 2005. Yang sebelumnya sistem yang dipakai adalah SENAT. Kemudian di organisasi ekstra sendiri beliau juga sangat aktif, yaitu di PK.PMII STIT Al Fattah. Sehabis menjadi Presiden Mahasiswa pertama selepas SENAT menjadi DEMA. Beliau juga menjadi Ketua Umum PMII cabang Lamongan pertama dari komisariat PMII STIT Al-Fattah pada tahun 2008-2010.

Selepas proses beliau pada saat menjadi mahasiswa, berdampak hingga hari ini beliau melanjutkan karirnya. Beliau sekarang mulai melanjutkan study pasca sarjana di Gresik. Menjabat sebagai sekretaris  Garda Bangsa Lamongan serta menjadi staf ahli anggota DPRD Provinsi Jawa Timur.

Sahabat Abid merupakan salah satu senior bagi kader komisariat PMII STIT Al-Fattah. Semangat dan dedikasi beliau pada organisasinya masih sangat terasa dan di alurkan pada denyut nadi pergerakannya. Menjadi seorang senior bukanlah jabatan namun sebuah tanggung jawab. Itu yang beliau cerminkan ketika memberikan banyak masukan dan arahan, tidak lupa akomodasi dibeberapa momen kegiatan. Sikap sahabat abid sendiri sangatlah tegas, namun memang itulah yang coba beliau tanamkan kepada adik-adiknya. Menjadi kader militan dan totalitas itu haruslah tegas dan cakap.

kalau kopi yang saya seduhkan tidak sebegitu mantap, maka bukan berarti saya tidak bisa membuat kopi. Namun harus saya takar lagi racikan kopi dan gulanya kemudian cara mengaduknya yang harus lebih dinikmati.

salam takdzim...salam pergerkan.....!!!