Wednesday, January 3, 2018

Biografi Sahabat Ainul Abid

Beliau biasa di panggil cak Abid, dilahirkan di daerah bengawan njero, tepatnya di Desa Waruk Kecamatan Karangbinangun Kabupaten lamongan. 34 tahun lalu beliau dilahirkan, tepatnya pada hari Rabu, 28 Maret 1984. 

Sahabat Abid berada pada geografis daerah sering terkena musibah banjir disetiap musimnya. Apakah ini menjadi pertanda proses beliau terhambat dan lambat?, ternyata tidak. Melihat sekarang aktif dibeberapa intsnasi dan menjabat posisi yang cukup strategis, bisa menjadi tolak ukur bagaimana keadaan tidak menjadi penghalang beliau dalam menuntut ilmu dan meraih kesuksesan dalam hidup serta bermanfaat bagi sesama. 

Jenjang pendidikan beliau sendiri dimulai dari MI Darul Ulum kemudian di MTs Khozainul Ulum Bojoasri - Kalitengah dan Aliyahnya sendiri di MA Darul Ulum Waruk. Selepas itu beliau melanjutkan pendidikan S1 di kampus STIT Al Fattah. Dalam proses menjadi santri disini, beliau aktif dibeberapa kajian-kajian kitab klasik dan semasa mahasiswa beliau aktif di organisasi intra dan ekstra. Bisa dibilang disinilah jiwa revolusionernya beliau, santri yang berkemajuan dalam berfikir dan bertindak. Semasa masih aktif di organisasi intra kampus, beliau menjadi pencetus adanya DEMA sekitar tahun 2005. Yang sebelumnya sistem yang dipakai adalah SENAT. Kemudian di organisasi ekstra sendiri beliau juga sangat aktif, yaitu di PK.PMII STIT Al Fattah. Sehabis menjadi Presiden Mahasiswa pertama selepas SENAT menjadi DEMA. Beliau juga menjadi Ketua Umum PMII cabang Lamongan pertama dari komisariat PMII STIT Al-Fattah pada tahun 2008-2010.

Selepas proses beliau pada saat menjadi mahasiswa, berdampak hingga hari ini beliau melanjutkan karirnya. Beliau sekarang mulai melanjutkan study pasca sarjana di Gresik. Menjabat sebagai sekretaris  Garda Bangsa Lamongan serta menjadi staf ahli anggota DPRD Provinsi Jawa Timur.

Sahabat Abid merupakan salah satu senior bagi kader komisariat PMII STIT Al-Fattah. Semangat dan dedikasi beliau pada organisasinya masih sangat terasa dan di alurkan pada denyut nadi pergerakannya. Menjadi seorang senior bukanlah jabatan namun sebuah tanggung jawab. Itu yang beliau cerminkan ketika memberikan banyak masukan dan arahan, tidak lupa akomodasi dibeberapa momen kegiatan. Sikap sahabat abid sendiri sangatlah tegas, namun memang itulah yang coba beliau tanamkan kepada adik-adiknya. Menjadi kader militan dan totalitas itu haruslah tegas dan cakap.

kalau kopi yang saya seduhkan tidak sebegitu mantap, maka bukan berarti saya tidak bisa membuat kopi. Namun harus saya takar lagi racikan kopi dan gulanya kemudian cara mengaduknya yang harus lebih dinikmati.

salam takdzim...salam pergerkan.....!!!

No comments:

Post a Comment