Media hari ini begitu sangat kompleks, yang dahulu kita hanya bisa menikmati dari media cetak namun hari kita bisa sangat mudah mengakses segala hal dari tangan kita tanpa susah payah membeli koran dan buku-buku. Begitu pula ketika menulis, perkembangan dari tulis tangan ke mesin ketik yang suaranya bak orkestra kemudian komputer, dan hari ini bisa menggunakan gadged yang sudah sangat mumpuni untuk menulis ( menulis status contohnya ). Dengan perjalanan media yang sebagai alat dalam menulis dari waktu ke waktu semakin mudah, jelas menjadi penulis hari ini akan lebih enak. Banyak aplikasi pendukung dan mempermudah, tulisan salah ketik bisa ada koreksi otomatis meski kurang maksimal juga. Pada intinya menjadi penulis selain kecakapan bahasa kata pena namun hal yang sudah sangat mendukung adalah medianya.
Tidak kalah pentingnya dari menulis adalah profit atau berpenghasilan. Meski tidak banyak orang sangat sukses dalam menulis, namun saya kira penulis sejati yang menikmati lantunan kata penanya tidak menghiraukan hal yang bagi saya sangat sederhana. Meski demikian bisa menjadi sedikit motivasi seseorang dalam menulis kalau ada hasil materinya. Lah...hal ini pun lebih mudah daripada dulu yang harus mengirim ke koran-koran dan memunculkan buku, baru dapat penghasilan. Sekarang ada internet yang sudah rata-rata bisa mengaksesnya. Mulai yang paling sederhana melalui blog yang istilah sudah adsenses, nantinya ada hasil materi jika blognya sangat aktif dan banyak yang mengunjungi. Secara otomatis pula kalau tulisan kita kalau sudah dikenal maka akan banyak yang tertarik untuk mendatangakan kita sebagai narasumber. Ibarat menulis adalah salah satu jalan dalam menunjukan daya nalar dan pikir kita.
Itu sedikit nilai profit yang mungkin bisa kita dapat. Namun memang masih banyak yang pesimis jika menulis itu sangat menakutkan dan tidak semudah berbicara. Sebagian orang akan mengamini hal demikian, namun sebagaian besar akan berkata berbeda. Karena sudah sanagat jelas, status-status kita dalam media sosial banayak sekali menggunakan kata-kata manis nan bijak. Agar terlihat waw orang lain, meski plagiat juga. Dari ini saya bisa sedikit merumuskan, banyak orang sangat mumpuni dalam hal tulis menulis, meskipun intreprestasinya agak berbeda. Karena tulisan seorang penulis dan tulisan dari seorang pegiat media sosial jelas memang sangat jauh ranahnya. Namun bagi saya satu hal yang membuat sama, yaitu mengenalkan dan membuka diri. Walau lebih bermakna tulisan dari seorang penulis tulen. Ini bisa jadi tolak ukur perbedaanya hanya pada pemikiran yang digunakan. jika seorang penulis sedang membuka dunia secara luas namun seorang pegiat media sosial hanya membuka dunia kepribadiannya. Jika ini dasadari bahwa semua memiliki bakat itu dan merubah hegemoninya saya kira ada banyak hal yang lebih bermakna. Minimal status yang kita buat lebih berisi dan membuka jalan buntuk akal orang-orang diluar kita.
Dari hal ini, arah pemikiran kitalah yang mempengaruhi cara kita bersikap. Sehingga ketika bermedia bagi kita memang asyik dengan ketik sana ketik sini, kemudian kata surga kata neraka pun ter diskripsikan secara baik. Kenapa tidak kita tuliskan itu secara lebih bermakna. Sudah biasa ngetik status lo,,,, tidak ada bedanya aslinya. Cuman kita saja yang merasa menulis itu ribet. Harus gini dan itu. Padahal hanya satu kuncinya, buatlah menulis itu seasyik saaat kita buat status di beranda media sosial kita.
Sambil menikmati matahari yang terbit, eh ternyata kok masih jam 09.00 malam. Ini bakalan lama nunggunya, yaaa sudahlah..begadang begadang...eh ada bang haji...begadang jangan begadang kalau tidak ada gunanya..ah cuek tak bikin status saja..status eh status...kok banyak tidak bergunanya status ini....( wah kilingan bang haji )...
MARI SAHABAT KITA MENULIS MESKIPUN HANYA DENGAN SATU KALIMAT STATUS DI BERANDA KALIAN...
By: Santri Pergerakan
No comments:
Post a Comment