REGENERASI adalah sebuah keharusan dalam berorganisasi karena ketika regenerasi ini berjalan baik bisa dikatakan gerakan/proses kaderisasi organisasi tersebut berjalan dengan baik. Regenerasi ini terdapat pada organ-organ struktural dalam suatu organisasi dengan arti bahwa struktur ini merupakan penggerak dari suatu organisasi sehingga dalam tatanan tertentu peralihan ini menjadi kewajiban yang tidak boleh dihindari oleh suatu organisasi untuk memunculkan banyak perubahan dari setiap regenerasi organ-organ dalam tubuh organisasi. Tanpa melakukan itu bisa dikatakan organisasi melakukan suatu stagnasi parah dan bahkan bisa dikatakan sedang dalam proses kemunduran. Meskipun dalam berbagai kondisi dinamika regenerasi tersebut memiliki kendala yang mengakibatkan hal sedemikian bisa terjadi dalam organisasi namun sebenarnya hal tersebut bisa dihindari bila mana proses regenerasi ini bisa dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan haluan dari sebuah organisasi dengan kesesuaian kulturasinya. Mengacu hal sedemikian di organisasi PMII proses regenerasi ini sudah ditata sedemikian baik dalam regulasinya. Mulai dari tingkatan tertinggi pengurus besar ditingkat nasional hingga pada pengurus rayon di tingkat fakultas.
Dalam pembahasan ini mungkin akan sedikit menggugah nalar yang terendap terkait regenerasi formalitas sebuah organisasi sehingga sering memunculkan satu kegalatan tersendiri dalam berjalannya suatu organisasi. Kenapa begitu mungkin karena kelambatan dalam proses kaderisasinya hingga tidak memunculkan pembaruan dalam tongkat kepimpinan dan berbagai faktor alam lain yang menjadi bencana dalam kehidupan suatu organisasi. Mungkin bisa kita katakan bagaimana niat itu tertanam dan pemikiran itu tertata, dengan maksud ketika kita sudah melakukan hibah jasmani dan rohani pada organisasi maka dalam tatanan pemikiran kita akan menggerakkan segala daya untuk keberlangsungan kaderisasi dalam suatu organisasi tanpa meminta pamrih materil sedikitpun dan tanpa subtansial pribadi untuk hal-hal yang sudah dilarang dalam organisasi. Kalau ada yang mengatakan kita ikut apa dan dapat apa maka saya secara tegas akan menimpali sudah melakukan apa ketika mau apa. Bagaimana bisa kita tinggal ikut langsung bertanya akan dapat apa sebelum mengusahakan apa yang ingin kita dapat. Ibarat akan memasak, seandainya mau masakan itu enak ya harus menyiapkan bahan itu selengkap mungkin dengan belanja kemudian memasakknya semaksimal mungkin agar bahan makanan tadi bisa teracik dengan benar sehingga masakan yang dihidangkan menjadi sedap dan nikmat. Ilustrasi demikian akan sama ketika kita melakukan proses dalam organisasi dengan serius sehingga konsep pemikiran tersebut membuahkan regenerasi emas kedepan.
Menakar dari hal tersebut proses RTK (Rapat Tahunan Komisariat) yang akan diadakan di Komisariat STITAF bisa lebih memaknai sebagai regenerasi yang sudah melalui banyak proses. Sehingga tidak memiliki kendala dalam kesiapan kader dalam mengemban amanah tersebut. Karena seperti apa yang saya ilustrasikan dengan memasak makna yang lebih tajam adalah memunculkan dari seorang hanya bisa menikmati hidangan menjadi seorang yang menghidangkan makanan dengan nikmat. Akan ada pertanyaan dasar ketika makanan yang dimakan itu nikmat adalah siapa yang memasak dan bagaimana cara memasaknya. Ketertarikan pada dasarnya yang nanti memunculkan keinginan besar untuk memncoba membuat makanan yang mungkin nanti pula bisa memiliki resep tersindiri agar masakan yang sudah nikmat bisa lebih nikmat. Kita sangat memahami lokalitas komisariat STITAF hari ini sangat terdegradasi dalam banyak hal. Pendahulu yang begitu elegan dalam banyak hal tidak lagi tercermin pada pribadi kader-kader atau anggota hari ini meskipun masih dalam tataran proses. Namun kenyataannya adalah regenerasi, dimana ketika pada proses ini hampir tidak ada yang memiliki kesiapan dan lebih memilih lempar handuk. Nah...bagaimana anda mengatakan menu yang bernama PMII ini enak jika anda sendiri tidak bisa membuatnya bahkan enggan membuatnya. Kalau kokinya sudah tidak ada dan tidak ada pula yang mau meneruskan bagaimana jadinya. Tidak semua memang bisa menjadi koki tapi dalam konteks ini semuanya bisa menjadi koki dengan catatan itu sudah merupakan semangat pribadi bukan lagi paksaan eksternal dari personal lain. Regenerasi bukan hasil sekali jalan namun regenerasi adalah hasil yang harus diteruskan, dikembangkan dan dibudayakan. Kalau kita memahami itu saya kira stagnasi dan kemunduran bukan masalah klasik meskipun itu bagaian dinamika. Minimal dinamika ini lebih terasa nyaman dengan semua punya pemahaman terkait makna regenerasi tersebut paling tidak memahami akibatnya. Kalau regenerasi berjalan maka survive namun jika tidak ya mati.
Ini merupakan harapan bersama jika kita sudah menghibahkan diri pada organisasi. Karena kita tahu organisasi yang kita hibahi ini sangat bermanfaat bagi banyak kalangan. Jadi apakah keraguan kita masih perlu dipertanyakan jikamana lempar handuk itu masih bagian dari proses kita hari ini?????